イズリイハの世界へようこそ Untuk mereka yang mengagumi Japanese Culture dan Legends of Japanese Culture :v

Perjodohan di Jepang

            Mina san setelah lama menghilang kali ini sebagai admin, saya mau berbagi info tentang perjodohan di Jepang. Untuk perjodohannya pun saya batasi pada perjodohan di masa ini, karena pada masa inilah saya atau mina san yang mungkin akan bertemu dengan jodonhnya di negeri sakura :). Kalau begitu langsung saja menuju artikelnya ya.
Pandangan masyarakat Jepang mengenai hubungan dapat dinyatakan berubah seiring dengan perkembangan jaman. Pada masa kini, masyarakat cenderung fokus pada karier dan karena kariernya sendiri dapat menyokong kehidupannya secara finansial, masyarakat merasa tidak membutuhkan lagi ‘partner’ sebagai penyokong hidup. Selain itu, jam kerja masyarakat pun cukup panjang, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk menjalin hubungan. Oleh karena itu, menjadi sulit bagi masyarakat untuk menemukan pasangan yang ingin menjalin hubungan serius.
Dalam menyikapi permasalahan mengenai sulitnya menjalin hubungan dengan lawan jenis bagi penduduk Jepang masa kini, masyarakat yang masih melajang atau tengah mencari pasangan memiliki beberapa cara untuk menemukan pasangan. Motif utamanya tentu saja untuk mencari pasangan, namun memungkinkan juga untuk sekedar menjalin pertemanan.
1.      Omiai

Jepang sedang mengalami krisis kelahiran. Salah satu sebabnya adalah rendahnya angka perkawinan di negara tersebut. Kurang lebih 50% wanita Jepang yang berusia 30 tahun belum menikah. Hal ini disebabkan wanita dan pria Jepang di usia produktif kerjanya tidak sempat untuk bergaul dikarenakan memiliki jam kerja yang panjang.
Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang walaupun mempunyai jam kerja yang padat ingin segera menikah dan membangun rumah tangga. Salah satunya dengan mengikuti omiaiOmiai merupakan perjodohan yang melibatkan orang tua dari kedua belah pihak. Ada juga yang melakukannya seperti kencan buta, bedanya pada kencan tersebut, satu sama lain saling menceritakan diri masing-masing dan mengharapkan terjadinya persetujuan untuk menikah.
Omiai dapat diterjemahkan sebagai pertemuan untuk pernikahan, merupakan upaya perjodohan untuk mempertemukan 2 orang yang memiliki prospek untuk menjalin cinta dan berunjung pada pernikahan. Dalam kehidupan masyarakat Jepang yang sibuk dan memiliki jam kerja yang panjang, kesempatan untuk bergaul di luar jam kerja dan menemukan pasangan hidup yang tepat pun menurun. Karena itulah tak sedikit generasi muda yang mempertimbangkan untuk mengikuti omiai, begitu juga dengan orang tua yang bersemangat mencarikan jodoh yang tepat bagi anak-anak mereka.
Omiai melibatkan orang tua untuk menyeleksi pasangan anak-anaknya sehingga jika kelak perjodohan ini kelak berujung pada pernikahan, mereka tidak dapat melakukan komplain. Sisi positif dari omiai adalah membantu menyeleksi calon jodoh yang betul-betul potensial untuk dijadikan pasangan hidup. Namun perlu diingat juga, karena salah satu pihak berhak menolak omiai jika tidak sesuai, maka kemungkinan terjadinya resiko penolakan pun cukup besar.
Ada dua konsep omiai antara lain;
a)      Melibatkan jasa perantara (disebut nakado) yang mengantarkan proposal pernikahan untuk kedua belah pihak. Konsep ini sudah dilakukan sejak jaman dulu, dan terkadang perantara tersebut akan memilih pasangan yang paling cocok jika dilihat dari latar belakang pendidikan, hobi, prospek karir, dan sebagainya. Namun adakalanya perantara ini hanya memasangkan 2 pasangan yang tidak memiliki pasangan. Biasanya ini dilakukan oleh pihak keluarga yang khawatir jika salah satu anggota keluarganya telat menikah.
b)      Omiai yang diatur oleh biro jodoh. Biasanya biro jodoh tersebut akan menggelar pesta untuk para anggotanya dengan harapan mereka bisa menemukan pasangan yang cocok.
Adapun kedua jenis omiai yang diikuti, harus menyiapkan formulir informasi pribadi yang disebut “shinjosho”. Formulir tersebut biasanya berisi data-data pribadi seperti nama, pekerjaan, kualifikasi, kondisi kesehatan, dan penghasilan
Kedua orang ini kemudian akan dipertemukan oleh nakaado. Pada pertemuan pertama biasanya hanya sekedar basa-basi dengan saling bertukar informasi. Kemudian di akhir pertemuan akan di putuskan akan dilanjutkan atau tidak. Hal ini pun juga harus disetujui oleh orang tua dari kedua belah pihak. Kedua pasangan yang akan di jodohkan bertemu secara langsung di tempat yang kesannya pribadi seperti ruang privat hotel, rumah pihak pria, maupun wanita.
Pakaian yang dikenakan pun harus formal dan biasa nya beberapa orang memakai pakaian tradisonal Jepang. Kedua belah pihak melakukan acara makan bersama. Dan, setelah acara pendahuluan itu selesai, biasanya para orang tua akan meninggalkan pasangan tersebut berbincang bincang berdua untuk saling mengenal.
Jasa kedua memilih cara yang lebih simple. Perantara akan menggelar pesta yang diikuti oleh anggota omiai dengan harapan dalam pesta tersebut mereka saling berinteraksi dan bertukar informasi sehingga mendapatkan pasangan yang cocok. Biasanya pada saat omiai, pasangan tidak membicarakan hal seperti mantan kekasih, pandangan politik, masalah pendapatan, dan agama.
Setelah dilakukan pertemuan secara berkala, maka pasangan akan memutuskan akan menikah atau tidak. Jika akhirnya memutuskan untuk menikah, maka si perantara akan mendapatkan 10% dari mas kawin sebagai tanda terima kasih dan bisa menjadi pendamping mempelai sebagai pengganti peran orang tua.
Jika kedua orang tersebut merasa cocok dan berujung pada rencana pernikahan, maka pernikahan tersebut akan disebut sebagai miai-gekkon. Pernikahan yang terjadi dengan menggunakan tradisi omiai ini biasanya bertahan lama karena pasangan menghormati tradisi dan menghargai sebuah perkawinan. Faktanya, tingkat perceraian pasangan yang melakukan omiai sangatlah rendah dan sampai sekarang pun omiai menjadi salah satu tradisi yang paling populer di Jepang

2.      Goukon

Goukon adalah semacam acara perjodohan, yang biasa diatur antar-teman. Namun, tujuan goukon tidak terbatas hanya untuk mencari pasangan untuk menjalin hubungan hingga menikah. Goukon juga dapat menjadi sarana untuk mencari pertemanan.
Dalam goukon, sepasang teman wanita dan pria akan merencanakan sebuah pertemuan yang dihadiri oleh teman-teman mereka. Jumlah pesertanya harus genap antara pria dan wanita. Pengatur acara, biasa disebut kanji (koto), menentukan waktu, tempat dan urutan acara selama goukon berlangsung. Kemudian, mereka akan mengundang teman-temannya untuk hadir. Biasanya, acara ini berlangsung di kafe, restoran, atau tempat karaoke.
Selama goukon berlangsung, pria dan wanita akan duduk berhadap-hadapan, lalu sambil menikmati makanan atau mengobrol, mereka akan mendiskusikan lawan jenis mana yang paling menarik minat mereka. Sebelum tren ponsel menyebar, para wanita akan saling berbisik pada temannya. Namun sekarang mereka cukup mengetik pada ponselnya dan menunjukkan pada temannya. Untuk lebih mengenal satu sama lain dan mengurangi kecanggungan di antara peserta, biasanya diadakan game.
Karena termasuk acara yang sederhana, dan cakupannya terbatas hanya sesama teman, goukon cukup diminati oleh pria dan wanita Jepang, bahkan anak SMA pun dapat mengikuti goukon. Bagi peserta yang saling tertarik, pada akhir acara mereka akan bertukar nomor ponsel atau email. Dari sini, keduanya akan terus menjaga komunikasi baik itu sekedar menjadi teman maupun berlanjut ke hubungan yang lebih tinggi.
Sayangnya, karena goukon tidak bersifat formal seperti omiai, terkadang peserta dapat membatalkan perjanjian dengan mudah, bahkan di hari yang sudah ditetapkan. Meskipun demikian, kanji akan mencari pengganti peserta yang mengundurkan diri, sehingga goukon tetap dapat berjalan.

3.      Machikon

Machikon, berasal dari kata "machi" yang berarti kota, adalah acara kencan buta dalam skala kota. Machikon dilaksanakan sejak kurang lebih 12 tahun yang lalu. Berbeda dengan goukonmachikon diselenggarakan oleh penyedia jasa profesional dengan banyak peserta. Dalam machikon, penyelenggara telah menyiapkan serangkaian acara, termasuk game, untuk lebih mengakrabkan sesama peserta. Kadang ditetapkan kapasitas maksimal untuk machikon, dan peserta perlu mendaftar sebelumnya. Machikon digarap cukup serius, bahkan sampai mendapatkan modal dari pemerintah untuk melaksanakan acara tersebut.
Machikon pertama dilasanakan pada tahun 2004 di Utsunomiya, Prefektur Tochigi di Jepang. Sejak itu, machikon mulai menyebar ke seluruh kota di Jepang. Karena event ini dipercaya dapat menstabilkan ekonomi lokal. Selain itu, untuk mendorong pernikahan dan meningkatkan angka kelahiran, pemerintah terpaksa turun menjadi agen perjodohan, yang secara serius digarap sebagai Machikon. Pada tahun 2014, Perdana Menteri Shinzo Abe menyisihkan 3 milyar yen (Rp.335 milyar) pada anggaran fiskal untuk mengadakan machikon di seluruh Jepang. Kemudian, acara ini diselenggarakan oleh pemerintah lokal. Pemerintah pusat memberikan dana hingga 40 juta yen (Rp4,4 miliar) untuk proyek-proyek meningkatkan pernikahan dan kelahiran, termasuk acara perjodohan.
Pada pelaksanaan Machikon, para peserta yang berpartisipasi dalam machikon harus berumur 20 tahun keatas. Karena standar umur dewasa di Jepang ialah 20 tahun. Tentu saja peserta harus berstatus lajang, tidak mempunyai pasangan. Jumlah peserta akan dibatasi, sekitar 100 hingga 3.000 orang dengan perbandingan perempuan dan laki-laki 1:1. Biaya untuk berpartisipasi dalam acara ini sebesar 6.500 yen untuk pria dan setengah harga untuk wanita. Harga ini sudah termasuk makan dan minum sebebas mungkin di lokasi acara. Acara biasa dilaksanakan di bar atau restoran yang dapat menampung orang banyak.
Peserta akan diberikan kartu tanda kencan dan nomor kursi yang akan menentukan dengan siapa mereka akan berkencan. Di restoran, mereka duduk bersama lawan jenis dan menghabiskan waktu kurang lebih 45 menit hingga satu jam dalam satu meja yang sama sebagai grup. Setelah itu, mereka bebas pergi kemana saja bersosialisasi dengan peserta dari grup lain.
Ada beberapa penyelenggaraan machikon yang dikhususkan untuk penggemar tertentu. Salah satunya ialah machikon yang dilaksanakan khusus penggemar Monster Hunter yang bernama Karikon. Acara ini beberapa kali dilaksanakan pada bulan Januari, Mei, dan Agustus 2014. Para peserta diwajibkan untuk membawa Nintendo 3DS, adaptor AC, dan sebuah copy dari Monster Hunter 4. Selain itu, ada juga machikon dengan tema “Kimi no Na wa x Machikon” yang akan diselenggarakan pada 5 November 2016 di Tokyo dan 12 November 2016 di Osaka. Tentunya, partisipan selain berkesempatan mencari pasangan yang memiliki minat sama, juga dapat membawa pulang merchandise.

4.      Konkatsu Party

Pada jaman dahulu, jika seseorang sulit untuk menemukan pasangan menikah untuk masa depan, ia akan meminta untuk melakukan omiai, yang bersifat formal dan sakral. Omiai biasanya diatur oleh keluarga, teman atau kerabat. Namun beberapa tahun ke belakang, muncul trend baru dalam mencari pasangan hidup bagi orang-orang yang belum menikah di Jepang, yaitu KonkatsuKonkatsu dapat  diartikan tindakan untuk menemukan pasangan masa depan yang dilakukan suatu orang.
Orang orang Jepang yang ingin mencari pasangan menikah mereka dengan inisiatif sendiri mengikuti acara konkatsu ke biro jodoh atau mendaftar secara online. Biro jodoh kemudian mengadakan pesta atau pertemuan bagi pendaftarnya, yang biasanya dilangsungkan di ballroom hotel. Dalam satu acara paritisipan yang hadir bervariasi jumlahnya. Dari kelompok kecil yang hanya berjumlah 6-10 orang hingga kelompok besar yang berjumlah lebih dari 30 orang. Peminatnya pun beragam, dari berbagai usia dan profesi, bahkan orang asing dapat ikut bergabung.
Biaya untuk mengikuti konkatsu tergantung pada tujuan paritisipannya dalam mengikuti konkatsu party. Misalnya jika seseorang mengikuti konkatsu party untuk sekedar mencari pacar maka tidak terlalu memakan biaya. Sebaliknya, jika seseorang mengikuti acara untuk tujuan mencari pasangan hidup (menikah), maka biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Semakin tinggi biaya semakin serius  hubungan yang dicari.
Pada konkatsu party, setiap partisipan bebas membicarakan tipe pasangan yang dicarinya, berapa penghasilannya, atau pembicaraan pribadi lainnya. Partisipan juga berhak menolak sesama partisipan yang hadir. Pada akhir acara, formulir mengenai data diri yang diisi partisipan sebelumnya akan diserahkan kepada pasangannya.

Begitulah kira-kira pembahasan yang bisa dibahas admin kali ini, untuk jodoh sendiri adalah rahasia Yang Maha Kuasa, tapi sebagai manusia berdoalah semoga jodohnya bisa sesuai dengan apa yang diharapkan :)

Komentar

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus
  2. permisi kak kalau boleh tau ini dapat darimana ya? boleh ga saya minta sumber sm daftar pustakanya. untuk kebutuhan tugas akhir saya terima kasih
    artikelnya sangat bagus

    BalasHapus

Posting Komentar